Sumur Ajaib dan Sejarah Mentalitas

Sumur Ajaib : Dominasi dan Budaya Tandingan di

Surakarta Awal Abad XX dalam Buku Radikalisasi Petani Karya Kuntowijoyo

Menjelang pertengahan Februari 1914 di Surakarta tepatnya di kampung Bratan, Laweyan, muncul berita yang mengehebohkan masyarakat di sekitar Surakarta. Berita itu bermula dari pengakuan seorang wanita tua di kampung Bratan yang bermimpi di temui oleh seorang kakek tua yang mengatakan bahwa dhemit penjaga kampung Gajahan akan mempertontonkan gambar hidup di sumur yang terletak di halaman rumahnya.

            Mimpi perempuan tua itu hampir dilupakan sampai ketika seorang anak kecil berteriak bahwa dia melihat dalam sumur milik perempuan tua ada api dan seekor harimau. Pengakuan anak kecil tersebut berbuntut lagi dengan pengakuan serupa dari empat orang wanita yang berbeda yang dimuat dalam harian Darmo Konda sebelum sumur itu ditutup oleh polisi. Harian itu dalam artikel beritanya yang berjudul Soemoer Elok menuliskan wawancara dengan empat orang perempuan yang sama-sama mengaku melihat hal yang ajaib dalam sumur. Perempuan pertama menyatakan bahwa dia melihat bintang dan rembulan dalam sumur. Kemudian wanita kedua menyatakan melihat haji yang berdzikir. Perempuan ketiga menyatakan melihat Bangkoe dipun Selehi Ganten Soho Poepoer. Sedangkan perempuan keempat menyatakan melihat Haji yang dikelilingi oleh bintang dan rembulan.

            Cerita mitos tersebut ternyata tidak berhenti sampai disitu, pada tahun itu juga muncul sesosok wanita yang diyakini sebagai istri dari Sunan Kalijogo. Wanita itu bernama Mbok Suradimedja berumur 97 tahun yang selama hidupnya dikatakan tidak pernah memakan nasi hanya buah dan sayur-sayuran. Wanita ini pada setiap tanggal-tanggal tertentu dalam kelender jawa membuat pengaron yang berisi kembang setaman serta ubo rampe lainnya, hal yang sama dia lakukan ketika Sunan Kalijogo yang konon setiap malam selasa kliwon datang ke rumahnya. Cerita ini berkembang luas dan diberitakan pula oleh koran-koran, sampai-sampai wanita-wanita Belanda dan China pun seringkali datang ke rumahnya untuk mengharap berkah.

Penulisan artikel ini memakai beragam sumber. Karena penulisan ini memakai pendekatan psikologis dalam memahami dan menganalisis fenomena munculnya berita sumur ajaib ini maka sumber-sumber pemerintah kolonial dirasa kurang memadahi walaupun juga sangat penting. Kuntowijoyo juga banyak memakai sumber-sumber yang berasal dari surat kabar yang terbit di Surakarta saat itu. Disamping bahwa kejadian tersebut dimuat dalam koran-koran ketika itu penggunaan sumber koran dalam penulisan sejarah mentalitas sangat penting karena koran-koran inilah yang merefleksikan pola pikir, struktur imajinasi, sampai harapan-harapan yang tidak terucap dalam satu ikatan memori kolektif masyarakat seperti yang terjadi di Surakarta awal abad ke XX tersebut, inilah  kelebihan dari koran yang sulit di temukan dalam laporan-laporan kolonial. Koran-koran yang dipakai adalah Bromartani, Darmo Konda, Djawi Kando, De Nieuwe Voerstenlanden, dan Soerabaja Handelsblad.

Penggunaaan sumber koran ini kemudian diperkuat dengan rujukan referensi yang diperoleh dari beberapa penelitian dan buku yang telah lebih dulu terbit seperti dari Darsiti Soeratman yang berjudul Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, kemudian gambaran tentang kondisi ekonomi dan faktor-faktor pembentuk struktur stratifikasi masyarakat Laweyan dapat diperoleh gambaran yang jelas dari penelitian Soedarmono yang berjudul Munculnya Kelompok Pengusaha Batik di Laweyan Awal Abad XX. Penggunaan penelitian-penelitian ini mendukung penyusunan landasan konseptual yang penting untuk membedah alam psikologis dan dunia masyarakat Surakarta yang dekat dengan kekuasaan feodal kerajaan yang dikatakan oleh Kuntowijoyo sendiri bahwa Raja menguasai baik dunia aktual maupun dunia simbolis dan sebagai wakil tuhan di bumi.

Penulisan ini tergolong dalam penulisan sejarah mentalitas lokal masyarakat dengan model penulisan yang bersifat kritis analisis. Sejarah mentalitas adalah sejarah yang mau menuliskan tidak hanya peristiwa dari kejadian sebagai fakta, tetapi mencoba menunjukkan pula struktur nilai, bingkai makna yang memberi roh bagi strukturalisasi sosial, sistem politik, perilaku ekonomi pelaku-pelakunya, baik individual maupun kolektif.

Dalam artikel di buku ini Kuntowijoyo ingin lebih dari sekedar menulis peristiwa sumur ajaib di Laweyan secara deskriptif namun lebih jauh lagi dia menjelaskan hal-hal apa saja yang membuat peristiwa itu timbul yang ternyata dari penelitiannya tersebut bukan hanya sekedar kuatnya pengaruh mitos dalam masyarakat Surakarta namun ternyata ada hal-hal yang lebih kompleks daripada sekedar mitos didalamnya terdapat Hegemoni dan Counter Hegemony serta konflik ideologi yang bersumber dari pengaruh Sarekat Islam yang mengakar di Laweyan.

Peristiwa sumur ajaib bagi Kuntowijoyo ternyata mengungkapkan sebuah dunia yang hanya dimiliki oleh orang-orang kecil yang tidak banyak mempunyai harapan dalam sebuah masyarakat yang didominasi oleh kekuasaan raja dan budaya kota kolonial, hubungan hubungan dominasi subordinasi antara kekuasaan dan rakyat di surakarta ternyata melahirkan ilusi-ilusi sebagaimana yang dijanjikan oleh Dhemit Gajahan bagi orang-orang Kampung Bratan, Laweyan pada tahun 1914.

Hal lain yang menarik pula yang dapat disaksikan dalam buku ini adalah upaya rakyat Surakarta melakukan Counter Hegemony yang dalam bahasa kuntowijoyo disebutnya budaya tandingan atas budaya dominan keraton dengan memunculkan hal-hal yang dianggap dapat menandingi ke-Avant Garde-an ikon-ikon dominasi budaya keraton seperti yang dihadirkan dalam sosok perempuan tua yang bernama mbok Suradimedja yang diyakini sebagai istri Sunan Kalijogo untuk mengimbangi sosok Ratu Pembayun, ibu dari Pakubuwono X.

            Batasan spasial yang diambil dalam penulisan artikel ini adalah kota Surakarta tepatnya di kampung Bratan, Laweyan, sedangkan batasan temporalnya adalah tahun 1914. Sedangkan metode yang dipakai oleh Kuntowijoyo dalam penulisan ini hampir sama dengan kebanyakan sejarawan lainnya dalam mengungkapkan sebuah peristiwa. Namun karena tema yang ingin diangkat adalah mentalitas maka dia banyak menggunakan konsep-konsep dalam psikologi sosial. Psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi sosial juga mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi seperti tekanan darah dan serangan jantung.