Jumat, 07 Januari 2011

Ingatan Tentang Warung Kopi Terung

Dulu. Dulu sekali, beberapa kali saya ke desa ini, baik Terung Kulon maupun Terung Wetan. Bersama kawan-kawan dengan masih memakai seragam putih abu-abu menikmati kopi dan menghisap rokok yang telah dilumuri dengan ampas kopi, nyete istilahnya, disalah satu warung kopi yang banyak tersebar di kedua desa ini. Saat itu kami bukan satu-satunya pengunjung warung yang masih berseragam sekolah, di beberapa kerumunan juga terlihat anak-anak dari sekolah-sekolah lain dengan aktivitas serupa. Bahkan pada waktu-waktu tertentu kawasan itu lebih terlihat sebagai forum pertemuan pelajar se Sidoarjo dan sekitarnya, saking penuhnya warung kopi desa-desa itu dengan anak-anak SMP dan SMA/STM.
            Desa ini adalah salah satu favorit tempat ngopi dan cangkruk saya bersama kawan-kawan ketika masih SMA selain warung kopi di pasar Larangan, dan sebuah sudut di sebelah barat alun-alun Sidoarjo tepatnya didepan gedung DPRD Sidoarjo. Sebenarnya lokasi desa ini lumayan jauh dari sekolah, namun ketenaran desa dan warung kopinya ini rupanya telah menggema sampai mendekati sekolah saya dulu yaitu SMA Negeri 4 Sidoarjo yang relatif dekat dengan pusat kota dan saya pun yakin ketenarannya akan segera lebih  meluas mengingat beberapa kawan saya yang akhirnya menjadi tahu tentang desa itu berasal dari berbagai wilayah di Sidoarjo mulai Waru di perbatasan Surabaya hingga Candi di selatan.

Jumat, 31 Desember 2010

VOC Yang Salah Urus

Monsterverbond” sebuah nama dalam bahasa Belanda yang berarti ikatan monster, sebuah kelompok atau lebih tepatnya perkumpulan rahasia yang terbentuk sekitar pertengahan abad 17 dengan anggotanya yang berjumlah tak lebih dari 10 orang, sepintas model perkumpulan ini mirip dengan Knight Templar yang menjadi legenda pada masyarakat Kristen Eropa abad pertengahan. Monsterverbond  pada masa itu sangat berpengaruh di seluruh wilayah kekuasaan VOC, dengan anggotanya yang terdiri dari orang pribumi Indonesia, keturunan china dan orang Eropa, perkumpulan ini telah merefleksikan kelompok-kelompok yang punya kepentingan dalam tahun-tahun tersebut. Sebagian anggotanya yang diketahui adalah Aru Palaka seorang petualang dari Bugis, dan Gubernur Jenderal VOC Johan Maetsuycker.
            Sepak terjang kelompok ini sangat mengagumkan, komposisi anggotanya menjadikannya sebagai perkumpulan dengan kekuatan dan pengaruh yang luas serta mampu beroperasi menjangkau ranah yang VOC sendiri tidak mampu menyentuhnya. Kehebatan kelompok ini terbukti dari kemampuan mereka memanipulasi neraca keuangan di VOC, tidak berhenti sampai di situ kelompok ini bahkan telah menimbun emas hasil manipulasi tersebut di salah satu pulau di kepulauan seribu yang jumlahnya mampu membuat delegasi Indonesia dalam konferensi meja bundar menyepakati pasal tentang pengambil alihan hutang pemerintah hindia belanda yang mencapai 4,3 milyar gulden. Delegasi Indonesia mengetahui hal yang telah menjadi rahasia ratusan tahun tersebut melalui M.Hatta yang pada suatu malam di kamar hotelnya, tempat menginap delegasi Indonesia dalam KMB, diketuk oleh seorang pria belanda yang rupanya adalah salah satu anggota Monsterverbond yang tersisa yang memberikannya sepucuk surat yang berisi petunjuk tentang rahasia tersebut.

Selasa, 21 Desember 2010

Tamasya Sejarah Kalimas


Menyusuri aliran sungai kalimas seolah mengajak kita tamasya menyusuri lorong waktu. Ketika kota ini tumbuh dengan pesatnya dan melaju dengan sangat kencangnya sehingga enggan untuk menoleh ke belakang adalah kalimas yang masih mampu menghadirkan rangsangan imaji kita akan penggalan-penggalan sejarah kota ini yang begitu mengagumkan. Sebagai sebuah kota yang tumbuh dengan sungai sebagai penopang pembentuk peradabannya, kota ini telah berlaku durhaka terhadapnya. Sikap tidak bertanggungjawab penghuninya telah membuat sungai legendaris ini terlihat tidak berdaya dengan sampah yang mengalir diatasnya. Pencemaran sungai yang tinggi yang terjadi akibat buruknya sistem pengelolaan membuat saya merasa jijik setiap mengucurkan air kran PDAM yang tidak lain mendapatkan suplai air bersih dari situ.

Sumur Ajaib dan Sejarah Mentalitas



Sumur Ajaib : Dominasi dan Budaya Tandingan di
Surakarta Awal Abad XX dalam Buku Radikalisasi Petani Karya Kuntowijoyo

Menjelang pertengahan Februari 1914 di Surakarta tepatnya di kampung Bratan, Laweyan, muncul berita yang mengehebohkan masyarakat di sekitar Surakarta. Berita itu bermula dari pengakuan seorang wanita tua di kampung Bratan yang bermimpi di temui oleh seorang kakek tua yang mengatakan bahwa dhemit penjaga kampung Gajahan akan mempertontonkan gambar hidup di sumur yang terletak di halaman rumahnya.
            Mimpi perempuan tua itu hampir dilupakan sampai ketika seorang anak kecil berteriak bahwa dia melihat dalam sumur milik perempuan tua ada api dan seekor harimau. Pengakuan anak kecil tersebut berbuntut lagi dengan pengakuan serupa dari empat orang wanita yang berbeda yang dimuat dalam harian Darmo Konda sebelum sumur itu ditutup oleh polisi. Harian itu dalam artikel beritanya yang berjudul Soemoer Elok menuliskan wawancara dengan empat orang perempuan yang sama-sama mengaku melihat hal yang ajaib dalam sumur. Perempuan pertama menyatakan bahwa dia melihat bintang dan rembulan dalam sumur. Kemudian wanita kedua menyatakan melihat haji yang berdzikir. Perempuan ketiga menyatakan melihat Bangkoe dipun Selehi Ganten Soho Poepoer. Sedangkan perempuan keempat menyatakan melihat Haji yang dikelilingi oleh bintang dan rembulan.

Selasa, 09 November 2010

Sinar Jaya Electone Telah “Subversif”


Ada banyak kisah yang bercerita tentang perjalanan. Namun yang paling popular tentu saja perjalanan ke barat. Nun jauh di daratan tiongkok, terdapat kisah legendaris seorang biksu yang bernama Tong Sam Chong ( Kalo gak salah tulis ), bersama tiga muridnya yang bermuka aneh. Berempat mereka menempuh perjalanan panjang dan mengalami berbagai macam bahaya. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka perjalanan suci menuju barat untuk mengambil kitab suci. Cerita itu di Indonesia menjadi serial panjang di televisi dan kita lebih familiar dengan sebutan kera sakti yang nama aslinya adalah Sun Go Kong. Bagi umat Islam Indonesia, terutama Jawa. Perjalanan ke barat menjadi perjalanan suci untuk menunaikan rukun islam yang terakhir. Sebagian orang jawa menyebutkannya dengan istilah Ngulon yang berarti menuju ke barat, untuk menyebut orang pergi haji. Daftar perjalanan ke barat itu semakin bertambah jika kita sesuaikan konsepsi kita tentang barat sebagai sebuah term tentang universalitas, yang menawarkan oposisi biner antara “kita”(barat) dan “mereka” (timur). Disitu kita akan berjumpa dengan realitas bahwa barat telah menjadi sebuah destinasi perjalanan dari barbarisme menuju keberadaban yang mereka tawarkan dalam modernitas, yang mereka kira itu menjadi tanggung jawabnya.